PEMUDA DAN SOSIALISASI


PEMUDA DAN SOSIALISASI

1.                       Interperlasi Belajar dan Spesialisasi
1.1.                 Pengertian Pemuda
Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang [1].
Pemuda atau generasi muda merupakan konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan masalah nilai. hal ini merupakan pengertian idiologis dan kultural daripada pengertian ini. Di dalam masyarakat pemuda merupakan satu identitas yang potensial sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber insani bagi pembangunan bangsanya karma pemuda sebagai harapan bangsa dapat diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan.

1.2.                 Pengertian Sosialisasi
Pengertian sosialisasi secara sederhana dapat dipahami sebagai proses internalisasi nilai dan norma sosial ke dalam individu. [2] Juga, bisa didifenisikan sebagai proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sosialisasi merupakan bagian inti dari proses interaksi sosial. Sebagai makhluk sosial, kita senantiasa berinteraksi dengan manusia lainnya.

1.3.                 Internalisasi, Belajar dan Sosialisasi
Internalisasi adalah perubahan dalam masyarakat, sedangkan sosialisasi adalah suatu peroses yang mempelajari tentang norma–norma masyarakat yang akan membentuk kepribadiannnya dilingkungan masyarakat. Kesimpulan penulis, jika tidak adanya internalisasi dan sosialisasi didalam lingkungan masyarakat. maka tidak akan ada perubahan dilingkungan itu. Istilah internasilasasi lebih ditekankan pada norma-norma individu yang menginternasilasikan norma-norma tersebut. Istilah belajar ditekankan pada perubahan tingkah laku, yang semula tidak dimiliki sekarang telah dimiliki oleh seorang individu. Istilah spesialisasi ditekankan pada kekhususan yagn telah dimiliki oleh seorang individu, kekhususan timbul melalui proses yang agak panjang dan lama [3].

1.4.                 Proses Sosialisasi
Proses sosialisasi, dimana individu mulai menerima dan menyesuaikan diri dengan unsur kebudayaan yang berbeda atau sama (kebiasaan, adat istiadat, perilaku, bahasa, dan agama) masyarakat yg mulai dari keluarga sampai meluas kepada masyarakat.
Menurut Charles H. Cooley lebih menekankan pada peran interaksi antar manusia yang akan menghasilkan konsep diri (self concept). Proses pembentukan konsep diri ini yang kemudian disebut Cooley sebagai looking-glass self terbagi menjadi tiga tahapan sebagai berikut.

1.5.                 Peranan sosial mahasiswa dan pemuda di masyarakat
Peranan sosial mahasiswa dan pemuda di masyarakat, kurang lebih sama dengan peran warga yang lainnnya di masyarakat. Mahasiswa mendapat tempat istimewa karena mereka dianggap kaum intelektual yang sedang menempuh pendidikan. Pada saatnya nanti sewaktu mahasiswa lulus kuliah, ia akan mencari kerja dan menempuh kehidupan yang relatif sama dengan warga yang lain.
Secara tak sadar namun perlahan tapi pasti, para generasi muda dihinggapi dengan idiologi baru dan perilaku umum yang mendidik mereka menjadi bermental instan dan bermental bos. Pemuda menjadi malas bekerja dan malas mengatasi kesulitan, hambatan dan proses pembelajaran tidak diutamakan sehingga etos kerja jadi lemah.

1.6.                 Studi Kasus
Studi kasus pemuda sosialisasi
Foke Minta Deklarasi Pemuda Amankan Pilkada
KOMPAS.com - Sebanyak 60 organisasi kepemudaan dan 12 Lembaga Swadaya Masyarakat mendeklarasikan gerakan Pemuda Jakarta Untuk Sukseskan Pemilukada DKI Jakarta 2012 di gedung Gelanggang Olahraga Youth Center, Jl. Raya Otista, Jatinegara, Jakarta Timur. Deklarasi yang dihadiri oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia, Dody Rahmadi Amar dan beberapa tokoh pemuda lainnya tersebut merupakan bentuk harapan partisipasi aktif dari para pemuda terhadap keberhasilan Pilkada DKI Jakarta yang tinggal menghitung hari. Dalam pidatonya, Fauzi Bowo yang juga digadang-gadang menjadi salah satu kontestan dalam Pilkada Jakarta dari partai Demokrat tersebut mengungkapkan, deklarasi tersebut merupakan isyarat dari kaum muda mewujudkan situasi kondusif. "Itu jadi modal dasar kita menyukseskan pilkada Jakarta. Semua yang hadir menghendaki Jakarta terus berkembang jadi bermartabat," ujarnya di depan ratusan pemuda, Kamis (8/3/2012). Pria berkumis tersebut berharap para pemuda melakukan sosialisasi aktif kepada kaum muda lainnya untuk mengunakan hak pilihnya dengan baik dan benar. Kini, deklarasi pemuda tersebut baru memiliki satu posko di daerah Bidara Cina, Jatinegara, Jakarta Timur, yang bertugas menjalankan fungsi sosialisasi. [5]


2.                       Pemuda dan Identitas
2.1.                 Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda
Pola dasar pembinaan dan pembangunan generasi muda ditetapkan oleh menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Tujuannya agar semua pihak yang turut serta dan berkepentingan dalam penanganannya benar-benar menggunakannya sebagai pedoman sehingga pelaksanaannya dapat terarah, menyeluruh dan terpadu serta dapat mencapai sasaran dan tujuan yang dimaksud. [4]
Pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda disusun berlandaskan:
a)                  Landasan idil (Pancasila)
b)                 Landasan Konstitusional (UUD 1945)
c)                  Landasan Strategi (Garis-garis besar haluan negara)
d)                 Landasan Histories (Sumpah Pemuda dan Proklamasi)
e)                  Landasan Normatif (Tata Nilai diTengah Masyarakat)

2.2.                 Dua pengertian pokok pembinaan dan pengembangan Generasi muda
Dua pengertian pokok pembinaan dan pengembangan Generasi Muda
a.              Generasi Muda sebagai Subyek, adalah mereka yang telah dibekali ilmu dan kemampuan serta landasan untuk dapat mandiri dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi bangsa, dalam rangka kehidupan berbangsa bernegara serta pembangunan nasional.
b.             Generasi Muda sebagai Obyek, adalah mereka yang masih memerlukan bimbingan yang mengarah kan kepada pertumbuhan potensi menuju ke tingkat yang maksimal dan belum dapat mandiri secara fungsional di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta pembangunan nasional.[4]

2.3.                 Masalah generasi muda
Berbagai permasalahan generasi muda yang muncul pada saat ini antara lain:
-                 Dirasa menurunnya jiwa idealisme, patriotisme, dan nasionalisme di kalangan masyarakat termasuk generasi muda.
-                 Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.
-                 Belum seimbangnya antara jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik yang formal maupun non formal.
-                 Kurangnya lapangan kerja / kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran /setengah pengangguran di kalangan generasi muda
-                 Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan badan di kalangan generasi muda
-                 Masih banyaknya perkawinan di bawah umur, terutama di kalangan masyarakat daerah pedesaan.
-                 Pergaulan bebas yang membahayakan sendi-sendi perkawinan dan kehidupan keluarga.
-                 Meningkatnya kenakalan remaja termasuk penyalah gunaan narkotika.
-                 Belum adanya peraturan perundangan yang menyangkut generasi muda.
Dan ada juga masalah lain yaitu:
        Kebutuhan akan figur teladan
        Sikap apatis
        Kecemasan dan kurangnya harga diri
        Ketidakmampuan untuk terlibat
        Perasaan tidak berdaya
        Pemujaan akan pengalaman

2.4.                 Potensi generasi muda
Potensi-potensi yang terdapat pada generasi muda :
a)       Idealisme dan Daya Kritis
b)       Dinamika dan Kreativitas 
c)       Keberanian Mengambil Resiko
d)      Optimis dan Kegairahan Semangat Kegagalan
e)       Sikap Kemandirian dan Disiplin Murni
f)       Terdidik 
g)       Keanekaragaman dalam Persatuan dan Kesatuan.
h)       Patriotisme dan Nasionalisme
i)        Sikap Kesatria Kemurnian
j)        Kemampuan Penguasaan Ilmu dan Teknologi


2.5.                 Tujuan Pokok Sosialisasi
- Memberikan ketrampilan terhadap seseorang agar mampu mengimbangi hidup bermasyarakat.
-  Mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara efektif.
Membantu mengendalikan fungsi – fungsi organic yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
- Membiasakan diri dengan berprilaku sesuai dengan nilai – nilai dan kepercayaan pokok yang ada dimasyarakat. [4]

2.6.                 Studi Kasus Pemuda dan Identitas

Krisis Identitas Generasi Muda Kita

Kompas.com - 08/03/2011, 20:52 WIB

LAMONGAN, KOMPAS.com - Saat ini wawasan kebangsaan dinilai menurun dan generasi muda kian mengalami krisis identitas. Perkembangan generasi muda dirasakan cukup mengkhawatirkan dan perlu mendapatkan perhatian serius. Hal itu terangkum dalam Pemantaban Wawasan Kesatuan Kebangsaan bagi Masyarakat Jawa Timur di Lamongan, Selasa (8/3/2011), yang diikuti organisasi kepemudaan dan Organisasi Siswa Intra Sekolah se-Lamongan, Tuban, dan Gresik. Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Bagong Suyanto, saat menjadi pembicara memaparkan, di satu sisi globalisasi telah melahirkan berbagai perubahan yang bermanfaat bagi masyarakat, karena menawarkan contoh-contoh kemajuan dan alternatif baru. Namun, hasil globalisasi seringkali kurang menguntungkan negara berkembang. Salah satu kelompok yang rentan ikut terbawa arus adalah generasi muda. Koordinator Bidang Kemasyarakatan Dewan Pakar Provinsi Jawa Timur tersebut menuturkan dalam konteks relasi yang tidak seimbang antara negara maju dan negara sedang berkembang. Akibatnya, hasil globalisasi pun sering tidak menguntungkan negara sedang berkembang. Terkait rentannya generasi muda terhadap pengaruh berubahnya jaman itu, Bagong menyebut hal itu terjadi tak lain karena pemuda memiliki karakteristik unik, yakni labil, sedang dalam taraf mencari identitas, serta mengalami masa transisi. Hal itu membuat mereka cenderung tidak mampu menahan godaan dari proses perubahan global. Namun, Bagong berharap semua pihak terutama orang tua dan guru tidak cepat menghakimi remaja dengan perilaku menyimpang sebagai anak nakal. Untuk memahami remaja yang dibutuhkan adalah kesediaan orang tua dan guru untuk berempati dan mengerti arti sebetulnya keinginan, harapan dan dunia kehidupan mereka. "Tanpa adanya pemahaman yang mendalam terhadap kehidupan remaja, niscaya yang dilakukan hanyalah tindakan menghakimi atau sekedar menyalahkan mereka sebagai anak nakal yang tak patuh pada nasihat orang tua," kata Bagong. Dia menyebutkan, di berbagai kota besar sudah menjadi pengetahuan umum, bahwa ulah remaja semakin mencemaskan masyarakat. Kenakalan remaja kini tak lagi sekedar aktivitas seperti membolos sekolah, merokok, minum-minuman keras atau sekedar menggoda lawan jenis. "Mereka kini seringkali terlibat tawuran layaknya preman, terjerumus dalam penggunaan obat-obatan terlarang dan kehidupan seksual pranikah," ujarnya. Menurutnya, globalisasi dengan berbagai atribut dan tawaran gaya hidup serta budaya yang mampu membangkitkan mimpi, fantasi dan pemenuhan emosional untuk menyenangkan diri sendiri adalah daya tarik yang sulit ditepis remaja. Tawaran itu terutama lewat nilai-nilai yang cenderung sekuler dan media massa. Globalisasi memang terbukti mampu menyatukan dunia dan menyebabkan batas-batas administrasi wilayah menjadi kabur. "Namun di saat yang sama globalisasi ternyata malah melahirkan kesenjangan sosial, polarisasi antar kelas yang makin lebar serta menumbuhkan pengangguran yang makin besar," paparnya. Wakil Bupati Lamongan Amar Saifudin memiliki pandangan serupa dengan Bagong. Dia tidak memungkiri, bahwa masih rendahnya jiwa dan semangat wawasan kebangsan masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda. Hal itu terbukti masih banyaknya pertikaian antar kampung, perang saudara, tingkah laku suporter bola yang anarki, dan baru-baru ini kekerasan berkedok agama yang melibatkan anak-anak muda. "Demi terciptanya rasa cinta kepada bangsa, maka kita harus memiliki wawasan dan pijakan yang benar dan tepat agar bisa membela negara dengan benar untuk mempertahankan keutuhan NKRI dari masalah disintegrasi, separatisme, dan hadirnya kekuatan asing yang mengancam," kata Amar.[6]



3.                       Perguruan dan Pendidikan
3.1.                 Mengembangkan potensi generasi muda
Individu harus diberi ilmu pengetahuan (keterampilan) yang dibutuhkan bagi kehidupan kelak di masyarakat.
Individu harus mampu berkomunikasi secara efektif dan mengembangkan kemampuannya.
Pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat.
Bertingkah laku secara selaras dengan norma atau tata nilai dan kepercayaan pokok ada pada lembaga atau kelompok khususnya dan pada masyarakat umumnya

3.2.                 Pengertian Pendidikan dan Perguruan Tinggi
Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan tinggi yang bersifat akademik dan atau profesional sehingga dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi dari pada pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah. Pendidikan tinggi diharapkan menjadi pusat penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan serta pemeliharaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian juga sebagai masyarakat pendidikan yang gemar belajar dan mengabdi pada masyarakat serta melaksanakan penelitian yang mengahsilkan manfaat yang dapat meningkatkan mutu kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Silabus Media Pendidikan Indonesia 11 Feb 2017 (hajar dewantoro)
Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan dalam proses pembangunan. Hal ini karena manusia bukan semata-mata menjadi obyek pembangunan tetapi juga merupakan subyek pembangunan.

Sebagai subyek pembangunan, maka setiap orang harus terlibat secara aktif dalam proses pembangunan, sedangkan sebagai obyek, maka hasil pembangunan tersebut harus bisa dinikmati oleh setiap orang. Disinilah terletak arti penting dari pendidikan sebagai upaya terciptanya kualitas sumber daya manusia, sebagai prasarat utama dalam pembangunan. Suatu bangsa akan berhasil dalam pembangunannya secara “self propelling” dan tumbuh menjadi bangsa yang maju apabila telah berhasil memenuhi minimum jumlah dan mutu (termasuk relevansi dengan pembangunan) dalam pendidikan penduduknya.

3.3.                 Alasan untuk berkesempatan mengenyam pendidikan tinggi
Alasan untuk berksempatan mengenyam pendidikan tinggi:
Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mereka memiliki pengetahuan yang luas tentang masyarakatnya, karena adanya kesempatan untuk terlibat didalam pemikiran, pembicaraan serta penelitian tentang berbagai masalah yang ada dalam masyarakat.
Kedua, sebagai kelompok masyarakat yang paling lama dibangku sekolah, maka mahasiswa mendapatkan proses sosialisasi terpanjang secara berencana, dibandingkan dengan generasi muda/pemuda lainnya, dan melalui pelajaran seperti, PPKN, Sejarah dan Antropologi maka berbagai masalah kenegaraan dan kemasyarakatan dapat diketahui.
Ketiga, mahasiswa yang berasal dari berbagai etnis dan suku bangsa dapat menyatu dalam bentuk terjadinya akulturasi sosial dan budaya dimana hal ini akan memperkaya khasanah kebudayaannya, sehingga mampu melihat Indonesia secara keseluruhan.
Keempat, mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan. Struktur perekonomian dan prestise di dalam masyarakat, dengan sendirinya merupakan elite di kalangan generasi muda/pemuda, umumnya mempunyai latar belakang sosial, ekonomi dan pendidikan lebih baik dari keseluruhan generasi muda lainnya. Dan adalah jelas bahwa mahasiswa pada umumnya mempunyai pandangan yang lebih luas dan jauh kedepan serta ketrampilan berorganisasi yang lebih baik dibandingkan dengan generasi muda lainnya

3.4.                 Studi Kasus
Bagaimana rasanya kuliah 
Pertama, yang saya lihat dengan jelas perbedaannya adalah cara pembelajaran di kuliah dan di sekolah yang sangat berbeda, di sekolah gurunya yang aktif dalam melakukan pembelajaran sedangkan di kuliah mahasiswanya yang aktif. hal tersebut membuat saya bisa banyak belajar tentang dalam berbicara dan mengemukakan pendapat didepan umum.
Kedua, selain hal hal akademik di kuliah ada juga kegiatan kegiatan asik lainnya, kalau dulu di SMA kita memanggilnya eskul sedangkan di kuliah kita memanggilnya UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) intinya sama eskul dengan UKM tapi dikuliah lebih bervariasi kegiatannya.
Daftar Pustaka
[1]  http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/definisi-pemuda
[2]   Article Sosiologis.com. Pengertian Sosialisasi March 2018
[4]   Harwantiyoko, Neltje F. Katuuk, MKDU Ilmu Sosial Dasar, Gunadarma, Jakarta, 1997.
[5] https://tekno.kompas.com/read/2012/03/08/16340284/foke.minta.deklarasi.pemuda.amankan.pilkada. 
[6] https://edukasi.kompas.com/read/2011/03/08/20524658/Krisis.Identitas.Generasi.Muda.Kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT

Manusia dan Keindahan

PERTENTANGAN SOSIAL DAN INTEGRASI MASYARAKAT