ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
ILMU
PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
1.
Ilmu
Pengetahuan
1.1.
Pengertian
Ilmu Pengetahuan dan 4 sikap yang ilmiah
Ilmu pada dasarnya
adalah pengetahuan tentang sesuatu hal atau fenomena, baik yang menyangkut alam
atau sosial (kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses
berfikir. Itu artinya bahwa setiap ilmu merupakan pengetahun tentang sesuatu
yang menjadi objek kajian dari ilmu terkait.
Dalam pengertian lain,
pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui
pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera
atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum
pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi
masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk,
rasa, dan aroma masakan tersebut.
4 Sikap yang bersifat
ilmiah itu meliputi: [1].
a.
tidak ada perasaan yang bersifat pamrih
sehingga mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif.
b.
Selektif, artinya mengadakan pemilihan
terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan
mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.
c.
Kepercayaan yang layak terhadap
kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap alat indera dan budi yang
digunakan untuk mencapai ilmu.
d.
Merasa pasti bahwa setiap pendapat,
teori, maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka
untuk dibuktikan kembali.
2.
Teknologi
2.1.
Pengertian
Teknologi
Teknologi adalah
pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengerahkan semua
alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada.
Teknologi bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis serta untuk
mengatasi semua kesulitan yang mungkin dihadapi. [2]
2.2.
Ciri-ciri
Fenomena teknik pada masyarakat
Fenomena teknik pada
masyarakat kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
a.
Rasionalitas, artinya tindakan spontak
oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan
rasional.
b.
Artifisialitas, artinya selalu membuat
sesuatu yang buatan tidak alamiah.
c.
Otomatisme, artinya dalam hal metode,
organisasi dan rumusan dilaksankaan serba otomatis. Demikian pula dengan teknik
mampu mengelimkinasikan kegiatan non-teknis menjadi kegiatan teknis.
d.
Teknis berkembang pada suatu kebudayaan.
e.
Monisme, artinya semua teknik bersatu,
saling berinteraksi dan saling bergantung.
f.
Universalisme, artinya teknik melampaui
batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan.
g.
Otonomi, artinya teknik berkembang
menurut prinsip-prinsip sendiri.
2.3.
Ciri-ciri
teknologi barat
Ciri-ciri teknologi Barat tersebut
adalah :
1.
Serba intensif dalam segala hal, seperti
modal, organisasi, tenaga kerja dan lain-lain, sehingga lebih akrab dengan kaum
elit daripada dengan buruh itu sendiri.
2.
Dalam struktur sosial, teknologi barat
bersifat melestarikan sifat kebergantungan.
3.
Kosmologi atau pandangan teknologi Barat
adalah: menganggap dirinya sebagai pusat yang lain, waktu berkaitan dengan
kemajuan secara linier, memahami realitas secara terpisah dan berpandangan
manusia sebagai tuan atau mengambil jarak dengan alam.
3.
Ilmu
Pengetahuan, Teknologi dan Nilai
3.1.
Pengertian
Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Nilai
Ilmu pengetahuan dan
teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral. Hal ini besar perhatiannya
tatkala dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaan pembangunan, yang pada
hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penerapan ilmu
pengetahuan khususnya teknologi sering kurang memperhatikan masalah nilai,
moral atau segi-segi manusiawinya. Keadaan demikian tidak luput dari falsafah
pembangunannya itu sendiri, dalam menentukan pilihan antara orientasi produksi
dengan motif ekonomi yang kuat, dengan orientasi nilai yang menyangkut
segi-segi kemanusiaan yang terkadang harus dibayar lebih mahal.
4.
Kemiskinan
4.1.
Pengertian
Kemiskinan
Kemiskinan pada
dasarnya merupakan salah satu bentuk problema yang muncul dalam kehidupan
masyarakat, khususnya pada negara-negara yang sedang berkembang. Kemiskinan
yang dimaksud adalah kemiskinan dalam bidang ekonomi. Dikatakan berada di bawah
garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang paling pokok seperti pangan, pakaian dan tempat berteduh. Atau dengan
pendapat lain, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau
segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan. Kemiskinan juga dapat terjadi karena tidak
memiliki pekerjaan, biasanya orang yang tidak memiliki pekerjaan tidak
mendapatkan kerja karena kurangnya skill ataupun pendidikan yang dimiliki.[2]
Kemiskinan menurut
pendapat umum dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
Kemiskinan yang
disebabkan aspek badaniah atau mental seseorang. Kemiskinan yang disebabkan
oleh bencana alam.
Kemiskinan buatan atau
kemiskinan struktural..
4.2.
Ciri-ciri
Manusia yang hidup dibawah garis kemiskinan
Manusia yang hidup di
bawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut : [1]
a.
tidak memiliki faktor produksi sendiri
seperti tanah, modal, keterampilan, dsb.;
b.
tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh
asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan
atau modal usaha:
c.
tingkat pendidikan mereka rendah, tidak
sampai tamat sekolah dasar karena harus membantu orang tua mencari tambahan
penghasilan;
d.
kebanyakan tinggal di desa sebagai
pekerja bebas, berusaha apa saja;
e.
banyak yang hidup di kota berusia muda,
dan tidak mempunyai keterampilan.
4.3.
Fungsi
Kemiskinan
Kalau kita menganut
teori fungsionalis dari statifikasi (tokohnya Davis), maka kemiskinanpun
memiliki sejumlah fungsi yaitu: [1]
§ Fungsi
ekonomi: penyediaan tenaga untuk pekerjaan tertentu, menimbulkan dana sosial,
membuka lapangan kerja baru dan memanfaatkan barang bekas (masyarakat
pemulung).
§ Fungsi
sosial: menimbulkan altruisme (kebaikan spontan) dan perasaan, sumber imajinasi
kesulitan hidup bagi si kaya, sebagai ukuran kemajuan bagi kelas lain dan
merangsang munculnya badan amal.
§ Fungsi
kultural: sumber inspirasi kebijaksanaan teknokrat dan sumber inspirasi
sastrawan dan memperkaya budaya saling mengayomi antar sesama manusia.
§ Fungsi
politik: berfungsi sebagai kelompok gelisah atau masyarakat marginal untuk
musuh bersaing bagi kelompok lain.
STUDI
KASUS
Anak-anak Indonesia Harus Tahu Perkembangan TI
JAKARTA,
SELASA – Selama beberapa tahun terakhir ini perkembangan teknologi informasi
(TI) semakin maju sejalan dengan kebutuhan manusia yang semakin meningkat.
Pengenalan terhadap perangkat teknologi pun seharusnya sudah dilakukan sejak
dini agar tidak “gaptek” atau gagap teknologi di era globalisasi yang semakin
berkembang apalagi di Indonesia.
“Anak-anak
Indonesia seharusnya sudah dikenalkan pada teknologi itu sejak pre-school.
Sekitar usia empat tahun.” ujar Tika Bisono, dalam acara Memanfaatkan Perangkat
Tehnologi untuk Pengembangan Kreativitas Anak, di Kidzania, Jakarta, Selasa
(19/2).
Menurut
Tika Bisono, penggunaan teknologi informasi yang semakin canggih pada
anak-anak, seharusnya mendapat pendampingan dari orang tua. “Orangtua dapat
mengarahkan anak-anak dalam penggunaan perangkat-perangkat teknologi tersebut,
sehingga penggunaannya tidak melewati batas-batasnya. Tapi orangtuanya harus
belajar dulu. Ya perlu semacam edukasi teknologi untuk orangtua,” ujar Tika.
Menurut
hasil penelitian lembaga riset pasar ritel dan konsumen global, NPD Group yang
berkedudukan di New York, Amerika Serikat, pada pertengahan 2007, anak-anak
usia empat sampai lima tahun yang berada di Amerika Serikat, paling sering
menggunakan perangkat teknologi komputer.
Walaupun
penelitian ini dilakukan di Amerika Serikat namun hasilnya bisa menjadi sebuah
rujukan bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, seiring dengan
meningkatnya fenomena anak-anak yang akrab dengan dunia TI.
Tika
mengungkapkan saat ini anak-anak kelas menengah keatas di Indonesia memiliki kemampuan
yang tinggi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), karena memiliki
akses yang memadai. “Ini seharusnya menjadi sorotan pemerintah. Bagaimana
anak-anak menengah ke bawah pun bisa memiliki akses untuk tahu tentang kemajuan
teknologi,” tambah Tika.[3]
Tika
Bisono: Anak-anak Indonesia Harus Tahu Perkembangan TI
SELASA,
19 FEBRUARI 2008 | 19:04 WIB
Daftar Pustaka
[1] Harwantiyoko,
Neltje F. Katuuk, MKDU Ilmu Sosial Dasar, Gunadarma, Jakarta, 1997.
[2] https://venitalavia.wordpress.com/2010/03/01/isd-ilmu-pengetahuan-teknologi-dan-kemiskinan/
Komentar
Posting Komentar